Oleh : Asyudin La Masiha (Calon Ketua Umum HMI Cabang Ternate 2025-2026)
GERAKAN intelektual HMI kontemporer tak dapat dipisahkan dari aspek perkaderan sebagai upaya membentuk intelektual dengan nilai-nilai ideologis yang kokoh. Identitas intelektual HMI tercermin dalam pemahaman terhadap keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan. Ketiga aspek ini diharapkan melahirkan sosok intelektual yang membawa misi profetik.
Oleh karena itu, peran Badan Pengembangan Latihan (BPL) dalam meningkatkan kualitas perkaderan melalui monitoring dan evaluasi sangat penting. Selain itu, dibutuhkan tindak lanjut pasca pelatihan berupa pelaporan berkala dan penguatan peran instruktur dalam mendampingi kader pasca pelatihan, sebagai langkah memperkokoh tradisi intelektual.
Nilai ideologis HMI harus diwujudkan melalui konsistensi gerakan massa yang mencerminkan HMI sebagai organisasi perjuangan. Nilai ini seharusnya diterjemahkan dalam kerangka program kerja yang jelas, spesifik, terukur, relevan, dan dapat dicapai. Untuk itu, sinergisitas dalam tubuh HMI menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar.
Desain gerakan HMI harus berbasis data dengan terlebih dahulu melakukan pemetaan isu-isu dan problem masyarakat. Langkah ini dilanjutkan dengan pembentukan tim kerja untuk investigasi dan advokasi, melibatkan semua elemen organisasi, termasuk cabang, komisariat, dan lembaga profesi.
Selanjutnya, kajian strategis dilakukan untuk memetakan akar masalah dan menyusun solusi berdasarkan fakta yang ditemukan. Dalam proses ini, keterlibatan alumni sebagai akademisi sangat penting untuk menguji keakuratan data dan analisis.
Hasil kajian dan advokasi inilah yang menjadi dasar gerakan HMI sebagai pressure group, yakni sebuah aksi yang berbasis riset dan data.
Purifikasi HMI mengharuskan adanya kerja tim, interkoneksi, dan jaringan yang baik untuk mempercepat aksi organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Cabang harus memerankan fungsi komunikasi, koordinasi, akomodasi, dan evaluasi secara internal dengan semua elemen organisasi.
Selain itu, cabang perlu menciptakan ruang komunikasi yang masif dengan elemen strategis seperti alumni, pihak kampus, organisasi lain, pemerintah, dan swasta demi kepentingan organisasi.
Semua kader perlu menyadari pentingnya sinergi seluruh elemen organisasi. Untuk mengembalikan peran HMI yang sempat memudar, diperlukan visi, misi, dan kerangka kerja yang strategis sebagai peta organisasi.
Kerangka ini harus menjadi acuan dalam merumuskan program kerja yang terukur dan relevan demi tercapainya tujuan HMI. Lingkungan organisasi yang kondusif, struktur yang rapi, kompetensi yang mumpuni, etos kerja yang tinggi, manajemen yang baik, serta pemimpin yang berkarakter pemikir-pejuang adalah syarat utama keberhasilan.
Purifikasi HMI bertujuan menjadikan kader dan organisasi berada dalam kondisi hanif. HMI diharapkan memainkan peran sebagai mitra kreatif dan mitra kritis, pilar masyarakat sipil yang mampu melakukan perlawanan sekaligus perbaikan.
Dengan purifikasi ini, setiap anggota HMI diharapkan bermetamorfosis menjadi intelektual-ideolog berjiwa profetik, mencerminkan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, dan pembebasan.***
Purifikasi adalah ikhtiar mengembalikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada otentisitas perjuangannya.